Minggu, 21 Maret 2010

meminang mimpi, disenyawa jalanan beraspal menuju bukit.

Ya! Di balik gunung itu, dusunku. Kota tua yang pernah jaya dengan lada dan cengkeh.

Pernah suatu ketika memboncengmu, susuri jalan berbatu, terjatuh aku ditikungan rumahmu. Luka sikut lenganku oleh waktu, hingga memborok, berdarah, ngemu nanah, berbelatung. Serupa sakit pada hati pada cacimaki pada Sari, pacarku.

Pintalan gombale mukio pudar. Dzikirku menyatu dalam luka yang tercipta. Mobil yg kita kendarai menubruk kucing, mati. Kau pun pergi, dalam hati dan pikiran, menjadi dzat keabadian.

Hai! Jum’at keberkatan, ijinkan aku khutbah di atas tubuh telanjang.

Kalianda, Maret 2009

0 komentar:

Posting Komentar