Kamis, 05 Mei 2011

I
percayalah, aku letih!
Tubuhku ditikam rindu
yang berdarahdarah
hingga ngemu nanah
semua poriporiku melepuh
Jiwaku terguncang
Pelarianpelarian mengejawantah pencarian atasmu, Sari.

II
dan demi bumi aku menari!
Sementara sari terus berlari
sebagaimana ufukufuk cakrawala
pada sore sebelum hujan

Aku pergi
membawa atau dibawa
kegelisahan pencarian yang tajam
kebinalan dan kegilaan anak muda yang terusmenerus jatuh cinta

Mencabik-cabik peristiwa.
Sari, kau tetap saja tuli dan picak!
Bergeming dalam kehilangankehilangan.
Betapa banyak produk dan merk kuhasilkan atas dan demi namamu, apakah cinta itu menjadi anasir sulit?

Ah, Sari, demi bumi aku menari

Sebelum Tahajud

11.24
0

pagi ini hujan belum turun
suara guruh di kejauhan
mengantar zaman nun jauh
masa kami bermotor dijalanan berbatu
gang masuk rumah Sari
gadis pujaanku
yang menelikung

dengan kepergian
dengan boncengan vespa tua

Oh Sari
pagi ini aku menyatu bergerimis
pipi dan bajuku basah
dicekam rindu pada kerudungmu yang berwarna coklat
melambai di trotoar

aku dengan helm pernah mengamati komatkamitmu ketika berjalan
yang membentuk ejaan kata, "asu..asu...asu..."

Meski kemudian kuyakini bahwa dengan tekun dan bersunyi, kau hafalkan surah alkahfi. Hingga penggalan ayatnya sering kau kirimkan kepadaku.

Sampai nama kahfi, menjadi identitasmu! Merk konter celuler, merk toko baju, merk warungwarung yang kau dirikan di pasar dan di pelosok pedesaan.

"Al-Kahfi" adalah papan nama yang indah terukir di depan kioskios usahamu.

Sari, seperti gerimis. Tekad cintaku kepadamu, tak habishabis. Serupa asu yang melolong dan berlari setiap pagi.

Sari, seringkali kau menjadi asu pada malammalam tahajudku.

Rabu, 23 Februari 2011

Balada 1

Sari, lihatlah foto profilku, aku semakin binal dan berani narsis setelah
melihat foto profilmu yang senarsis oasis ketika aku tersesat dan
dehidrasi di kawasan perbatasan pantai timur India yang
terkenal akan hutan bakau Sundarbans, salah satu situs
peninggalan dunia yang menjadi habitat Harimau Bengal.

Dulu, ya, rasa ini seperti dulu
ketika aku menggelandang di pelabuhan Chittagong, Bangladesh,
rasa cinta sama seperti terlunta- lunta dalam kepapaan di tengah negara miskin yang di sapu badai tropis Sidr

Sedangkan rindu, seperti puing- puing gempa di Padang
Tempat para pengais dan penjaja kepedihan kesulitan mencari wajah duka karena
yang tertangkap setiap kamera adalah wajang riang berpose di dekat reruntuhan
atau kanak- kanak yang gembira sambil bersorak rinai, “masuk tipi, masuk tipi...”

Balada 2

Sari, dengan ini aku deklarasikan penyatuan kembali, atas peristiwa dan rasa dalam kepingan harian
Sebagai renungan cinta yaitu, jalan